Breaking News

Ketua DAD Kalsel Menghadiri Acara HUT 10 th DAD Kecamatan Satui, Turut Ikut Hadir Perwakilan DAD Kepulauan Riau 'Abah Pendi'

Satui-Tanah Bumbu//Ketua Dewan Adat Dayak Kalimatan Selatan Abdul Kadir beserta Isteri dan rombongan Bakormad Kota Banjarmasin yang ikut serta wartawan khusus DAD Kalsel yang mengabadikan momen acara kegiatan ini. 
Acara ini berlangsung kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu yang  berlangsung pada hari Rabu, 29/5/2024. Pada hari merupakan pergelaran HUT DAD Satui yang ke 10 th. Dimana pada hari ini seluruh jajaran tamu undanga yang berasal dari beberapa perusahaan yang ada di daerah tersebut telah hadir dalam kegiatan tersebut dalam rangka sebagai tamu undangan yang telah melakukan usahanya di daerah yang mana wilayah daerah tersebut merupakan tanah para warga masyarakat adat Dayak yang memiliki wilayah di daerah Kalimatan umumnya dan Kalikatan Selatan Khususnya.

Dalam sambutannya ketua DAD Yang sebelum memasuki tempat acara melakukan adat ritual pemotongan batang manisan yang di tebas atau di potong langsung oleh ketua DAD Kalsel Abdul Kadir.

Ketua DAD Abdul Kadir pada sambutannya menyampaikan, di dalam hal pramperusahaan yang telah melakukan mendirikan sebuah perusahaan apa saja sebaiknya menggunakan masyarakat lokal setempat atau warga daerah aslinyang merupakan warga Dayak. Dimana ini merupakan tanah luluhur yang perlu di jaga dan di lestarikan agar mereka tidak dapat menguasai tanah atau milik warga setempat. Ketua DAD menghimbau kepada para perusaah yang hadir saat itu, untuk dapat menjaga keharmonisan dengan masyarakat adat daerah setrmpat, agar tidak terjadinya hal-hal yang dapat merugikan warga setempat dan unsur masyarak daerah lokal sendiri. Oleh karna itu sekali lagi dia meminta kepada para perusaahaan yang hadir disana dapat bekerja sama dengan masyarakat setempat paparnya Abdul Kadir Ketua DAD Kalsel.

Sementara Abah Pendi yang akrab di panggil ini, dia adalah salah satu demang adat yang bermukim di Kepulauan Riau Sumatera. Dia datang dan hadir karena selain berkunjung ke asal leluhurnya yang ada di daerah marahabaham yang terkenal dengan Dayak Bakumpai ini. Dia juga baru menghadiri kegiatan gawai yang berlangsung di provinsi Kalimantan Barat Pontianak. Dan melanjutkan perjalanannya untuk berziarah kemakam tokoh Dayak di Marahaban yaitu makam Abdussamad. Abdussamad adalah salah satu keturunan Dayak Bakumpai yang ada di kota Marabahan Barito Kuala ini.

Dia juga menyampaikan, bahwa apapun bentuk masyarakat atau warga yang ada di Kalimatan Selatan ini asal usul kalau di lihat dari silsilah adalah orang Dayak. Kalau dia tidak mengakui sebagai orang Dayak, lalu orang mana asalnya. Di Kalimantan ada beberapa Dayak yang terdapat  di daerah ini di antaranya Dayak ngaju, Dayak Bakumpai Dayak kaharingan, Dayak Pasir dan Dayak Melayu, dan sebagainya. Lalu ketika kita mengaku sebagai orang Banjar, tidak mengakui asal usul leluhur kita adalah Dayak, darimana di menamakan sejarah Banjar ini. Harus tahu dulu silsilah Banjar, baru kalau sudah mengetahui silsilah silahkan tidak mengakuinya di ungkapkannya oleh Abah Pendi Panggilan akrabnya kepada awak media online Gayatri Putri News ini.

Pada zama era sebelum adanya kesultan Kalimatan Selatan adalah di pimpin oleh seorang raja yang bernama Lambung Mangkurat atau pangeran Suryanata yang di abadikan sebagai beberapa nama kampus, kantor, jalan dan sebagainya. Pada saat itu, bernama Kerajaan Daha yang di pimpin oleh seorang raja yang bernama Lambung Mangkurat atau Pangeran Suryanata ini. Raja ini dulunya beragam Hindu, dan ketika dia bertapa di sebuah sungai yang sekarang sekarang kita kenal di daerah kabupaten Amuntai (HSU) ini ada sebuah bangunan candi. Dari candi itu adalah permintaan dari seorang puteri yang  sangat cantik jelita bagaikan bidadari turun dari kayangan yang ketika hadir ke dunia ini keluar dari dasar sungai yang merupakan pertapaan dari Lambung Mangkurat atau Pangeran Suryanata ini, setelah itu sang puteri ini berada di bumi, dimana pada saat itu berebutlah dari beberapa orang yang berada di sebuah kerajaan Daha tersebut termasuk Lambung Mangkurat atau Pangeran Suryanata dan para patihnya untuk mendapatkan puteri yang cantik jelita tersebut untuk di persuntimg sebagai puteri atau ratu di kerajaan ini. 

Puteri tersebut adalah puteri yang bernama Puteri Junjung Buih, dia (Puteri Junjung Buih) melakukan persyaratan yang mana ketika ingin mempersunting dirinya, meminta sebuah syarat yang harus dipenuhi seperti adanya pembangunan sebuah candi. Sekarang candi tersebut bernama candi Agung yang terletak di sebuah kota Amuntai HSU. 

Dari itu para punggawa kerajaan tidak terima yang mana di dalam
hal ini memperebutkan seorang puteri tersebut berkelahilah dua orang punggawa yang bernama Sukma Raga dan Patma Raga. Dari pertikaian kedua orang tersebut ini, tidak menjadi pemenang, malah menjadi kalah satu sama lainnya. 

Akhinya yang menjadi pemenang adalah  Lambung Mangkurat (Pangeran Suryanata). Setelah Lambung Mangkurat (Pangeran Suryanata) mengerjakan sebuah permintaan dari seorang Puteri Junjung Buih ini, yang mana dengan waktu satu hari satu malam. Bangunan. Candi tersebut tidak selesai bentuknya, tetapi akhirnya puteri ini menerima kegigihan dari sang pangeran yang ingin mempersunting dirinya. Akhirnya dia mempersilahkan sang Pangeran Suryanata atau Lambung Mangkurat untuk menjadi pendamping raja oleh atau suaminya tersebuat. Setelah mengadakan kegiatan acara sebagai bentuk dari pertandingan tersebut dimana melakukan pakaian adat Banjar yang bermahkotakan Kembang goyang dan bunga yang hidup sebagai hiasan di tubuh puteri dan raja. beberapa selang lamanya dan menghasilkan seorang anak yang bernama. Pangeran Raga Buana atau kita sebu Sultan Suriansyah sekarang ini. Inilah sejarah asal usulnya Dayak Banjar yang di ungkapkan oleh Demang nah Pendi ini selain Dayak-dayak lainnya.Gayatri Puteri News@gmail.com.melaporkan (Gatot)
© Copyright 2022 - Gayatri Putri News